BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kompetensi mengajar adalah kemampuan dasar yang
harus dimiliki oleh semua tenaga pengajar. Berbagai konsep dikemukakan untuk
mengungkap apa dan bagaimana kemampuan yang harus dikuasai oleh tenaga pengajar
di berbagai tingkatan sekolah. Misalnya, Gagne (dalam Poerwanti, 2008;1-1)
mengemukakan bahwa dalam kegiatan belajar mengajar, terdapat tiga kemampuan
pokok yang dituntut dari seorang guru yakni: kemampuan dalam merencanakan
materi dan kegiatan belajar mengajar, kemampuan melaksanakan dan mengelola
kegiatan belajar mengajar, serta menilai hasil belajar siswa.
Kemampuan merencanakan
meliputi (1) mengidentifikasi materi pembelajaran, (2) menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP), (3) menyiapkan instrumen penilaian, (4)
menyiapkan media pembelajaran. Guru hendaknya merencanakan pembelajaran
terlebih dahulu sehingga dalam pelaksanaannya dapat maksimal. Dalam kegiatan
pelaksanaan guru harus bisa mengelola kegiatan belajar dengan baik, dari
membuka pelajaran, kegiatan inti, sampai menutup pelajaran. Sedangkan pada
tahapan yang ketiga yaitu dalam menilai hasil belajar siswa, guru melakukan
evaluasi meliputi tiga ranah yaitu kognitif (pengetahuan siswa), afektif (sikap
siswa dalam pembelajaran), dan psikomotor (keterampilan siswa).
Evaluasi mengenai
ketiga ranah tersebut sangat penting dilakukan karena dapat dijadikan acuan
dalam meningkatkan kualitas pembelajaran. Menurut Bloom (dalam Nurkancana,
1990;27) mengelompokkan indikator masing-masing ranah tersebut. Kognitif terdiri
dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Ranah
afektif terdiri dari menerima, merespon, menghargai, pembentukan konsep, dan
karakterisasi. Sedangkan untuk ranah psikomotor terdiri dari peniruan,
pemanfaatan, kecermatan, penyangkutpautan, dan naturalisasi. Ketiga ranah
tersebut menjadi hal mutlak dalam menilai suatu pembelajaran.
Akan tetapi pada
umumnya guru melakukan evaluasi hanya pada aspek kognitif. Evaluasi apektif dan
psikomotor bertujuan untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa, minat siswa
untuk belajar, dan motivasi siswa. Ketiga aspek tersebut memiliki peran yang
penting dalam menentukan hasil belajar. Apabila keaktifan, minat dan motivasi
rendah maka hasil belajar cenderung rendah. Untuk itu melakukan evaluasi
mengenai apektif dan psikomotor siswa sangat penting dilakukan, agar dapat
dijadikan acuan dalam mengoptimalkan proses pembelajaran.
Karena pentingnya
evaluasi dalam proses pembelajaran, berikut ini akan dibahas mengenai evaluasi
pembelajaran yang meliputi tiga ranah, kognitif, afektif dan psikomotor.
1.2.Rumusan Masalah
Dari uraian latar
belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas yaitu:
1.2.1.
Apakah penilaian
kognitif, afektif dan psikomotor?
1.2.2.
Bagaimanakah
tehnik penilaian kognitif, apektif dan psikomotor?
1.3.Tujuan
Dari rumusan masalah di
atas, yang mejadi tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.3.1.
Untuk mengetahui
apakah penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor.
1.3.2.
Untuk mengetahui
bagaimanakah tehnik penilaian kognitif, afektif dan psikomotor.
1.4.Manfaat
Manfaat
pembuatan makalah ini adalah sebagai acuan dalam melakukan suatu penilaian
dalam proses pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Evaluasi
Evaluasi adalah proses
pemberian makna atau penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara
membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu.
Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat
ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah
pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang
dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata
unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. Kriteria yang berupa batas
kriteria minimal yang telah ditetapkan sebelum pengukuran dan bersifat mutlak
disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acua Kriteria (PAP/PAK).
Dalam melaksanakan evaluasi terdapat tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotor.
A.
Penilaian Kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut
Bloom (dalam Nurkancana, 1990), segala upaya yang menyangkut aktivitas otak
adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan
kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami,
mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi. Dalam
ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari
jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Keenam jenjang atau
aspek yang dimaksud adalah:
1.
Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge) adalah
kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau
mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan
adalah merupakan proses berfikir yang paling rendah.
2.
Pemahaman (comprehension) adalah kemampuan
seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui
dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan
memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian
yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Pemahaman merupakan jenjang kemampuan berfikir yang setingkat lebih tinggi dari
ingatan atau hafalan.
3.
Penerapan (application) adalah kesanggupan
seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun
metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya, dalam
situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berfikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman.
4.
Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang
untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau
faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
5.
Sintesis (syntesis) adalah kemampuan berfikir
yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan
suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola
baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang
analisis.
6.
Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation) adalah
merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang
dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang
terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
B.
Penilaian Afektif
Ranah afektif adalah suatu yang menyangkut
reaksi-reaksi psikologik yang berkaitan dengan kemauan dan perasaan. Daerah afektif
ini terdiri atas lima jenjang yaitu:
1.
Menerima
(receiving) yaitu kesediaan untuk menerima hal-hal yang disampaikan oleh orang
lain (misalnya oleh guru).
2.
Merespon
(responding) yaitu adanya kesediaan untuk memberikan respon terhadap hal-hal
yang disampaikan oleh orang lain.
3.
Menghargai
(valuing) yaitu kesediaan untuk menghargai suatu nilai, gejala, atau kegiatan
tertentu.
4.
Pembentukan
konsep (conceptualization) yaitu penyusupan suatu konsep tentang nilai
tertentu.
5.
Karakterisasi
(characterization) yaitu menjadikan nilai-nilai tersebut sebagai karakternya.
C.
Penilaian Psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill)
tau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya
lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Ada lima jenjang
katerampilan yaitu:
1.
Peniruan
(imitation) yaitu kemampuan untuk menirukan suatu keterampilan tertentu.
2.
Pemanfaatn
(utilization) yaitu kemampuan untuk menggunakan keterampilan-keterampilan yang
telah berhasil ditirukan dalam situasi yang tepat.
3.
Kecermatan
(accurary) yaitu kemampuan untuk
menggunakan keterampilan tersebut secara cermat.
4.
Penyangkutpautan
(connection) yaitu kemampuan untuk menghubungkan antara keterampilan yang satu
dengan yang lain sehingga merupakan satu kegiatan.
5.
Naturalisasi
(naturalization) yaitu kematangan dari keterampilan tersebut sehingga menjadi
otomatis dan natural.
2.2. Metode Evaluasi
A.
Metode Tes
Tes adalah seperangkat tugas yang harus dikerjakan
atau sejumlah pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik untuk mengukur
tingkat pemahaman dan penguasaannya terhadap cakupan materi yang dipersyaratkan
dan sesuai dengan tujuan pengajaran tertentu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada dasarnya tes merupakan alat ukur yang sering digunakan dalam asesmen
pembelajaran disamping alat ukur yang lain. Secara umum metode tes terdiri dari
beberapa bagian yaitu:
1.
Tes Obyektif
Tes obyektif
adalah tes yang terdiri dari item-item yang dapat dijawab dengan jalan memilih
salah satu alternatif yang benar dari sejumlah alternatif yang tersedia, atau
dengan mengisi jawaban yang benar dengan beberapa perkataan atau simbol.
Contoh:
1)
Contoh burung yang mempunyai bentuk
kaki kuat dengan kuku yang tajam, yang digunakan untuk mencengkram mangsa
adalah.....
a.
Burung pelikan. c.
Burung elang. e. Burung Pelatuk
b.
Burung kolibri. d.
Burung pipit.
Dari tes di atas
dapat dipilih salah satu jawaban yang tepat. Pemberian skor untuk soal tes
tersebut pada umumnya adalah masing-masing item jia benar skor 1. Jadi apabila
jumalah soal 10 buah tes obyektif maka nilai siswa didapatkan dari:
NA = SHT x 100
SMI
dimodifikasi,
Nurhasan (dalam Artini, 2011:34)
Keterangan :
NA =
Nilai Akhir
SHT =
Skor Hasil Tes
SMI =
Skor Maksimal Ideal
2.
Tes Essay
Tes essay adalah
suatu bentuk tes yang terdiri dari suatu pertanyaan atau suatu suruhan yang
menghendaki jawaban yang berupa uraian-uraian yang relatif panjang. Bentuk
–bentuk pertanyaan yang umum adalah meminta kepada murid-murid untuk
mejelaskan, membandingkan, menginterprestasi dan mencari perbedaan. Semua
bentuk pertanyaan atau suruhan tersebut mengharapkan agar murid-murid
menunjukkan pengertian maeraka terhadap materi yang dipelajari.
Contoh tes essay
1)
Sebutkanlah tujuan hewan
menyesuaikan diri terhadap lingkungannya!
2)
Sebutkan ciri-ciri paruh burung
sesuai dengan jenis makanannya!
3)
Apakah yang menyebabkan cicak
memutuskan ekornya, dan bunglon merubah warna kulitnya?
4)
Bagimanakah teratai, dan eceng
gondok mampu bertahan hidup diair?
5)
Bagaimanakah bentuk perlindungan
bunga mawar, kamboja, teratai dan buah nangka?
Pemberian skor untuk soal tes tersebut pada umumnya
adalah masing-masing item jika benar skor 2. Jadi nilai siswa didapatkan dari:
dimodifikasi,
Nurhasan (dalam Artini, 2011:34)
Keterangan :
NA =
Nilai Akhir
SHT =
Skor Hasil Tes
SMI =
Skor Maksimal Ideal
2)
Metode Non-tes
a. Pengamatan
atau Observasi
Ciri-ciri:
(1) Dilakukan
untuk mengkaji perilaku kelas, interaksi antara siswa dan guru, dan
faktor-faktor yang dapat diamati (observable) lainnya, terutama
keterampilan/kecakapan sosial (social skills).
(2) Hasilnya
biasanya berupa jumlah dan sifat dari masalah perilaku di kelas, yang sering
disajikan dalam bentuk grafik.
Yang termasuk di dalam
kegiatan mempersiapkan observasi adalah:
a)
menentukan
kegiatan atau tindakan (actions) apa yang akan diobservasi.
b)
menentukan siapa
yang akan mengobservasi.
c)
menentukan
rencana sampling.
d)
menyusun lembar
observasi.
e)
melatih
pihak-pihak yang akan melakukan observasi atau observer dalam
menggunakan lembar observasi.
Contoh
tes observasi:
-
Lembar Pengamatan
No
|
Nama Siswa
|
Aspek
|
Total skor
|
|||
1
|
2
|
3
|
4
|
|||
|
b.
Angket (kuesioner)
Ciri-ciri:
(1)
Dipergunakan
untuk mengumpulkan informasi yang tidak mudah diakses dengan cara lain.
(2)
Hasilnya berupa
data deskriptif.
(3)
Biasanya berupa
angket sikap (Attitude Questionnaires).
Contoh tes angket menggunakan skla Likert:
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
Skor
|
1
|
Saya merasa senang belajar
Matematika
|
|||||
2
|
Saya tidak takut lagi belajar
Matematika
|
|||||
3
|
Saya merasa bosan belajar
Matematika
|
|||||
4
|
Keinginan saya untuk belajar
Matematika menurun
|
|||||
5
|
Saya tidak bosan belajar
Matematika
|
|||||
6
|
Saya merasa senang memecahkan
soal Matematika
|
|||||
7
|
Keinginan saya belajar
Matematika meningkat
|
|||||
8
|
Saya jadi lebih paham tentang
materi yang diajarkan
|
|||||
9
|
Saya semakin takut belajar
Matematika
|
|||||
10
|
Saya jadi kurang senang belajar
Matematika
|
|||||
Jumlah
skor
|
Keterangan
SS :
Sangat Setuju, skor 4
S :
Setuju, skor 3
TS :
Tidak Setuju, skor 2
STS : Sangat Tidak Setuju, skor 1
c.
Portofolio
Ciri-ciri:
(1) Siswa
menjabarkan tugas atau karyanya.
(2) Memberikan
gambaran menyeluruh tentang apa yang telah dipelajari dan dicapai siswa
Siswa
akan merasakan bahwa dirinya benar-benar memperoleh banyak pengetahuan dan
pengalaman jika mereka dapat menjabarkan tugas atau karya mereka ke dalam
sebuah portofolio yang merepresentasikan kualitas belajar mereka. Melalui
portofolio para siswa dapat menunjukkan gambaran yang komprehensif mengenai
prestasi, perkembangan atau kemajuan yang telah diraih, karena dari portofolio
akan tampak “pekerjaan terbaik” siswa atau “proses” yang diterapkan di dalam
belajar.
BAB
III
PENUTUP
3.1.
Simpulan
Evaluasi adalah proses pemberian makna atau
penetapan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil
pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Evaluasi dalam pembelajaran
menyangkut tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Metode evaluasi
terdiri dari dua yaitu metode tes dan metode non tes.
3.2.
Saran
Hendaknya dalam melakukan suatu evaluasi dalam
pembelajaran tidak hanya pada aspek kognitif saja melainkan pada aspek afektif
dan psikomotor juga penting dilakukan untuk menunjang pencapaian kualitas
pembelajaran yang maksimal.
DAFTAR RUJUKAN
Anonym. 2011. “Penilaian Kognitif,
Afektif, dan Psikomotor”. Tersedia pada http://dc314.4shared.com/doc/GvK3Qy4c/preview.html(diakses tanggal 18 April 2012).
Nurkancana, Wayan.,dkk. 1990. Evaluasi Hasil Belajar. Surabaya: Usaha
Nasional.
Poerwati, Endang. 2008. Asassment Pembelajaran SD. Jakarta:
Dirjendikti Depdinas.